Membaca keluh-kesah banyak orang tua di media sosial mengenai Masa Orientasi Peserta didik (MOPED) yang dijalani anak-anaknya memasuki tahun ajaran baru di lingkungan sekolah barunya sungguh kasihan. Apalagi MOS berbarengan dengan bulan Ramadan yang waktu terasa menjadi lebih terbatas untuk melakukan banyak aktivitas karena banyak keluarga tentu lebih berkonsentrasi melaksanakan ibadah.
Memasuki hari pertama sekolah, banyak orang tua yang anak-anaknya memulai ajaran baru dibuat sibuk. Khususnya bagi para siswa sekolah yang memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP, SMA, Diploma dan Sarjana, maka tahun ajaran baru seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Pasalnya, MOPED yang digelar di kebanyakan sekolah selama ini mulai bergeser dari tujuan semula. Alhasil, seminggu pertama siswa didik memasuki lingkungan sekolah barunya, bukannya memulai perkenalan secara damai, sebaliknya justru memulai perkenalan penuh dengan tekanan yang potensial meninggalkan traumatis serius dan regenerasi perilaku bullying pada angkatan berikutnya. Sejumlah kasus, MOPED bahkan menimbulkan kematian.
APA SIH PENTINGNYA MOPED ?
Jaman dulu, sebutlah masa orde baru, MOPED ditandai dengan Penataran P4. Kelar dengan itu, dilanjutkan dengan perploncoan, atau mungkin berbarengan dengan itu. Jadi umumnya sekolah menyelenggarakan pembelajaran dan pendalaman mengenai Pancasila secara formal dengan berbagai metode, diskusi kelompok, cerdas cermat, pemberian materi satu arah, dialog, dsb. Tapi tak jarang sekolah mengemas penataran P4 dengan perploncoan. Jadi, selain belajar Pancasila, para siswa setiap hari diminta datang ke sekolah dengan atribut tertentu. Bila atribut tidak terpenuhi, maka dimulailah derita itu, hukuman yang mengarah penyiksaan bahkan pem-bully-an.
Kini, masa MOPED lebih sadis lagi. Siswa baru benar-benar diminta datang ke sekolah pagi-pagi sekali, menggunakan atribut yang setiap hari harus ganti (papan nama, asesoris rambut, baju, dsb.), membawa pernak-pernik yang susah dicari, hingga makanan kecil buat para senior (mungkin untuk mereka berbuka puasa).
AYO GELAR MOS KREATIF
Berbagai insiden dan ketidaklayakan gelar kegiatan MOPED di banyak sekolah mengesankan pihak pengajar, dalam hal ini sekolah seakan-akan lepas tanggung jawab dan menyerahkan kegiatan MOPED ini kepada angkatan siswa yang lebih senior (kakak kelas). Bisa jadi anak-anak memang berpikir lebih kreatif untuk menggelar kegiatan MOPED menjadi lebih menarik. Namun kenyataannya, kreativitas itu seringkali kebablasan dan cenderung menyusahkan karena sangat sulit dipenuhi.
Jaman sekarang ini, tentu berbeda dengan jaman dulu. Tentu, kegiatan MOPED butuh kemasan yang lebih membumi dengan situasi yang ada sekarang ini. Tapi soal membumi ini, sebagai orang tua & pendidik dituntut cermat juga. Tidak semua hal harus diselaraskan dengan kondisi saat ini. Nilai-nilai agama adalah salah satu yang tetap harus dipegang teguh tanpa kompromi, begitu pun tentang nilai sopan santun dan budi pekerti. Hal-hal yang mendasar ini selayaknya tidak untuk diselaraskan dengan perkembangan peradaban yang semakin tak jelas ukurannya. Contohnya etika dalam berbusana, berbicara dengan orang yang lebih tua, toleransi dengan perbedaan, rasa sungkan, rasa peduli dengan lingkungan sekitar, dsb.
Memasuki hari pertama sekolah, banyak orang tua yang anak-anaknya memulai ajaran baru dibuat sibuk. Khususnya bagi para siswa sekolah yang memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP, SMA, Diploma dan Sarjana, maka tahun ajaran baru seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Pasalnya, MOPED yang digelar di kebanyakan sekolah selama ini mulai bergeser dari tujuan semula. Alhasil, seminggu pertama siswa didik memasuki lingkungan sekolah barunya, bukannya memulai perkenalan secara damai, sebaliknya justru memulai perkenalan penuh dengan tekanan yang potensial meninggalkan traumatis serius dan regenerasi perilaku bullying pada angkatan berikutnya. Sejumlah kasus, MOPED bahkan menimbulkan kematian.
APA SIH PENTINGNYA MOPED ?
Jaman dulu, sebutlah masa orde baru, MOPED ditandai dengan Penataran P4. Kelar dengan itu, dilanjutkan dengan perploncoan, atau mungkin berbarengan dengan itu. Jadi umumnya sekolah menyelenggarakan pembelajaran dan pendalaman mengenai Pancasila secara formal dengan berbagai metode, diskusi kelompok, cerdas cermat, pemberian materi satu arah, dialog, dsb. Tapi tak jarang sekolah mengemas penataran P4 dengan perploncoan. Jadi, selain belajar Pancasila, para siswa setiap hari diminta datang ke sekolah dengan atribut tertentu. Bila atribut tidak terpenuhi, maka dimulailah derita itu, hukuman yang mengarah penyiksaan bahkan pem-bully-an.
Kini, masa MOPED lebih sadis lagi. Siswa baru benar-benar diminta datang ke sekolah pagi-pagi sekali, menggunakan atribut yang setiap hari harus ganti (papan nama, asesoris rambut, baju, dsb.), membawa pernak-pernik yang susah dicari, hingga makanan kecil buat para senior (mungkin untuk mereka berbuka puasa).
AYO GELAR MOS KREATIF
Berbagai insiden dan ketidaklayakan gelar kegiatan MOPED di banyak sekolah mengesankan pihak pengajar, dalam hal ini sekolah seakan-akan lepas tanggung jawab dan menyerahkan kegiatan MOPED ini kepada angkatan siswa yang lebih senior (kakak kelas). Bisa jadi anak-anak memang berpikir lebih kreatif untuk menggelar kegiatan MOPED menjadi lebih menarik. Namun kenyataannya, kreativitas itu seringkali kebablasan dan cenderung menyusahkan karena sangat sulit dipenuhi.
Jaman sekarang ini, tentu berbeda dengan jaman dulu. Tentu, kegiatan MOPED butuh kemasan yang lebih membumi dengan situasi yang ada sekarang ini. Tapi soal membumi ini, sebagai orang tua & pendidik dituntut cermat juga. Tidak semua hal harus diselaraskan dengan kondisi saat ini. Nilai-nilai agama adalah salah satu yang tetap harus dipegang teguh tanpa kompromi, begitu pun tentang nilai sopan santun dan budi pekerti. Hal-hal yang mendasar ini selayaknya tidak untuk diselaraskan dengan perkembangan peradaban yang semakin tak jelas ukurannya. Contohnya etika dalam berbusana, berbicara dengan orang yang lebih tua, toleransi dengan perbedaan, rasa sungkan, rasa peduli dengan lingkungan sekitar, dsb.
Pada dasarnya masa orientasi sekolah adalah masa pengenalan tentang lingkungan, komunitas baru di mana siswa baru akan belajar. Maka biarkan para siswa memulai masa pengenalan itu dengan cara-cara yang manusiawi dan menyenangkan tapi juga mendidik, bukan dengan cara-cara yang tidak mendatangkan manfaat atau tidak mencerdaskan, apalagi yang mencelakakan.
Dengan berbagai kegiatan yang positif, para pendidik juga dapat langsung mengenali potensi siswa-siswanya secara langsung. Bakat-bakat non akademis siswa dapat tergambar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. Dengan kegiatan ini, seluruh siswa juga dapat saling mengenal satu sama lain. Agar lebih seru, tentu berbagai perlombaan tersebut dapat dikemas dengan pertandingan antara siswa baru melawan para senior.
Timbang sibuk mencari minuman yang tak jelas mereknya, tak tahu di mana belinya, tentu hanya menghamburkan biaya untuk membeli, mencari, menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Yuk ah, semoga para siswa baru memiliki kesan yang baik tentang sekolahnya dan tidak menyimpan dendam untuk melakukan penyiksaan serupa pada siswa baru angkatan berikutnya. www.Kompasiana.com
Dengan berbagai kegiatan yang positif, para pendidik juga dapat langsung mengenali potensi siswa-siswanya secara langsung. Bakat-bakat non akademis siswa dapat tergambar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. Dengan kegiatan ini, seluruh siswa juga dapat saling mengenal satu sama lain. Agar lebih seru, tentu berbagai perlombaan tersebut dapat dikemas dengan pertandingan antara siswa baru melawan para senior.
Timbang sibuk mencari minuman yang tak jelas mereknya, tak tahu di mana belinya, tentu hanya menghamburkan biaya untuk membeli, mencari, menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Yuk ah, semoga para siswa baru memiliki kesan yang baik tentang sekolahnya dan tidak menyimpan dendam untuk melakukan penyiksaan serupa pada siswa baru angkatan berikutnya. www.Kompasiana.com
Untuk pelaksanaan MOPED sendiri banyak sekali ide kreatif yang dapat di berikan oleh kakak senior yang bisa untuk diberikan kepada adik kelasnya. tapi mungkin karena terlalu emosional karena ketidaksabarannya ingin balas dendam pada adik kelasnya akibatnya banyak ketidak sesuaian yang didapatkan.
Di SMA saya sendiri Pelaksanaan MOPED berjalan cukup Kreatif meskipun MOPEDnya dilaksanakan Pada bulan Ramadhan. dari pihak OSIS yang melaksanakan banyak sekali kegiatan yang bersifat positif dan sesuai dengan tema Bulan Ramadhan. berikut ini Beberapa Photo tentang Pelaksanaan MOPED di SMA Negeri 1 Unggulan Indralaya Utara
Pemilihan Bujang-Gadis Moped.
Pemberian Materi dari Pihak Sekolah dan Dinas Pendidikan Dari Kabupaten
Renungan Suci
Pendatangan warga Negara Asing
Lomba Nasyid yang Melibatkan Peserta Didik dan Calon Peserta Didik.
Pembacaan ayat Suci Al-Quran Setiap Sebelum Memulai Kegiatan.
Lomba Ceramah Agama antar Peserta didik dan Calon Peserta didik.
Demikian Posting dari saya Semoga Bermanfaat.
19.39
Share:
Wew kerennyo..
BalasHapus