Tahun 2024 merupakan tahun politik bagi negara kita Indonesia. Setelah melalui drama Panjang pemilihan eksekutif tertinggi Indonesia dan pemilihan dewan legislatif Indonesia di bulan februari kemarin, sekarang kita akan dihadapkan Kembali pemilihan serentak kepala daerah diseluruh Indonesia. Salah satu daerah yang menjadi sorotan karena kekuatan pengaruh politiknya adalah pilkada yang akan diselenggarakan di Jakarta.
Jakarta adalah ibukota Indonesia namun sekarang
digantikan oleh Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berada dipulau Kalimantan. Walaupun
begitu, Jakarta tidak serta merta kehilangan pamornya menjadi wilayah paling
berpengaruh baik itu dari segi ekonomi, social, industry, budaya termasuk perpolitikan
di Indonesia. Itulah kenapa Pilkada di Jakarta selalu menarik dan menjadi
sorotan paling wah dalam mencari pemimpin yang berkuasa 5 tahun kedepan.
Sejak awal tahun politik ini, kita telah banyak
mendengar nama yang mulai diisukan akan maju di Pilkada Jakarta ini. Banyak calon
yang coba dikenalkan kepublik dengan berbagai cara mulai dari yang ingin maju
perseorangan, pemasangan kandidat dari partai-partai politik, tes ombak melalui
baliho, perjodohan netizen dan cara-cara lainnya. Namun satu yang paling
menarik perhatian adalah pemasangan Anis-Ahok untuk Daerah Khusus Jakarta 2024.
Seperti kita ketahui Bersama Anis dan Ahok adalah
rival pada pemilu Jakarta tahun 2018 lalu. Dan tentunya kita masih sangat ingat
bahwa pilkada ini menjadi pilkada dengan drama paling sadis di Perpolitikan
Indonesia sejak era reformasi. Kasus al-maidah, pemberontakan FPI, aksi 212
menjadi saksi betapa bahayanya penggunaan politik identitas dalam berdemokrasi
di Indonesia.
6 tahun berlalu, kasus tersebut tentunya masih
membekas bagi rakyat Indonesia terutama kedua kontestan yang berseteru pada
Pilkada tersebut yaitu Anis dan Ahok. Ahok sekarang dikenal dengan penista
agama dan anis sekarang dikenal dengan kepala daerah jalur politik identitas. Tidak
bisa dipungkiri bahwa politik itu keras, hal-hal yang kita lalui sebelumnya
akan masuk dalam catatan media seluruh Indonesia dan akan terus menjadi
pembahasan hangat selama kita masih ikut berkontestasi. Lalu bagaimana jika dua
rival tersebut Kembali berkontestasi pada pilkada Jakarta 2024 namun sekarang
berdiri sebagai pasangan?
- Menghapus dosa mereka (Anis-Ahok) sebagai rival hasil politik identitas
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa ahok
dikenal sebagai penista agama dan anis dikenal dengan kepala daerah jalur
politik identitas. lalu jika mereka disatukan akan memberikan anggapan bahwa
mereka sekarang tidaklah rival melainkan sebagai pasangan yang terlalu kuat
untuk dijatuhkan. Pertarungan di 2018 lalu ialah pertarungan yang diciptakan
para pendukungnya untuk mencapai kemenangan. Mereka berdua akan mulai berdamai
dengan kejadian “potik identitas” ditahun 2018 karena tidak ada yang lebih
pantas menyampaikan “penista agama” maupun “gubernur politik identitas” selain
mereka berdua yang dulu sebagai pelaku utama pada pilkada Jakarta yang lalu.
- Investasi paling menguntungkan bagi partai politik yang akan mengusung mereka
PKS sebagai partai terkuat di Jakarta kemungkinan
akan mengusung anis dan besar kemungkinan mereka tidak akan kehilangan pemilih
dijakarta, ditambah lagi dengan PKB dan Nasdem yang akan ikut dibelakang Anis
untuk investasi politik dimasa akan datang. Dari ahok sendiri, PDIP tentunya
tidak ingin kehilangan pamornya didaerah yang strategis seperti Jakarta. Dengan
adanya tangan di jaakrta, akan mempermudah mereka bergerak dalam panggung
politik di Indonesia.
- Pasangan paling berkualitas untuk memajukan Jakarta
Secara professional, cukup rasional jika kita katakan
kedua orang ini merupakan sosok berkualitas yang dapat memberikan gebrakan sangat
positif untuk kemajuan Jakarta. Anis dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya
akan dengan mudah melanjutkan dan membuat program terbaik untuk perbaikan Pembangunan
dijakarta. Ahok dengan ketegasan dan integritasnya akan mendapatkan kepercayaan
Masyarakat dalam perbaikan kualitas layanan yang ada dijakarta.
Politik Identitas di 2018 yang lalu memberikan luka
tajam yang sangat membekas bagi perpolitikan di Indonesia. Keluar dari itu
semua kita dapat melihat bahwa ada kandidat yang sebenarnya begitu kuat hingga
mengakibatkan ada cara yang begitu naif digunakan untuk menumbangkan lawan
mainnya. Namun jika keduanya digabungkan, apakah ini akan menjadi kekuatan
politik besar yang akan mewarnai perpolitikan Indonesia dimasa yang akan datang?.
0 komentar: